31 Agu 2016

ARTIKEL/ESAI : PERMASALAHAN YANG TERJADI ANTARA PARA PEMBESAR (MAHASISWA) DAN LINGKUNGANNYA

KETIKA PARA PEMBESAR TAK MAMPU BERBUAT APA-APA UNTUK LINGKUNGANNYA SENDIRI


Berapa banyak yang membesar di kampus, tapi mengecil di masyarakat. Menjadi jagoan di kampus, menjadi sandera di masyarakat. Kampus itu tempat berlatih, masyarakat medan tempurnya. Jangan terbalik. Anda aktivis BEM? BPM? UKM? Pecinta Alam? Tanyakan pada dirimu: Jadi apa di masyarakat?
Ukuran kontribusi tidak selalu dimulai dari hal-hal besar. Tapi bisa jadi hal sederhana dan mendasar. Anda aktif di ROHIS? Senior di lembaga da'wah kampus? Tanyakanlah : Seberapa kenal dengan para jama'ah di mushola/masjid RT/RW?
Anda sekretaris BEM/BPM, Aktivis organisasi atau jagoan bikin event di kampus. Coba ingat-ingat : Pernahkah membuat proposal untuk acara RT/RW?
Punya follower di instagram? Yes. Bagaimana follower di masyarakat? , Banyak kenalan di kampus? Yes. Bagaimana dengan para tetangga ?
Jadi karyawan di perusahaan besar ? Jadi manager ? Senior manager ? Kalau di masyarakat jadi apa?
Bagus saat memimpin rapat? Baik saat berargumen? Jago presentasi? Yes. Tapi apa pernah mimipin rapat RT/RW.
Mari berjanji untuk lebih mengenal para tetangga. Lebih aktif di masyarakat. Lebih akrab. Lebih dekat dengan orang orang di sekitar kita.
Berjanjilah, jika kau adalah aktivis mahasiswa/karyawan perusahaan besar. Yang hanya pulang sebulan sekali atau pulang selalu larut malam. Jadikanlah keberadaanmu di rumah adalah cahaya bagi masyarakat. Sesampainya kau di rumah, keluarlah. Berbaurlah. Kunjungi keramaian. Tegur sapalah. Bertanyalah. Bergabunglah. Turut serta.
Kehadiran kita yang sesaat bisa jadi berharga bagi tetangga dan masyarakat. Kesertaanmu yang sebentar bisa jadi penuh makna bagi mereka.
Orang-orang besar, dimanapun tetap berperan besar. Orang-orang kecil, berperan hanya sewaktu-waktu. Orang luar biasa, turut serta, mengambil peran dan berkontribusi dalam situasi dan kondisi luar biasa.
Pengangguran yang sibuk dan peduli dengan tetangga lebih baik daripada trainer, motivator, penulis, jagoan twitter yg sibuk dengan diri sendiri.
Jangan salah, aktivis karang taruna lebih disayangi tetangga dibanding aktivis kampus.
Lulusan SD yang aktif di kegiatan masyarakatnya, lebih berarti dari lulusan sarjana yang hanya sibuk ikutan kompetisi karya tulis.
Mari, masih tersisa banyak waktu untuk KEMBALI PULANG ke masyarakat, ke rumah mu yang sesungguhnya. Saat kau melakukan itu, saat itu kita memahami makna dasar kepemimpinan. Semua bermula dari sini, dari titik terkecil.


Narasumber : Dea Tantyo
SEPINTAR APAPUN KAU DILUAR SANA, JIKA TAK MAMPU MENCERDASKAN LINGKUNGANMU.  TAK LEBIH BERHARGA DIBANDING PETUGAS SAMPAH YANG SETIAP HARI MAMPU MEMBERSIHKAN LINGKUNGANNYA
Ayo yang mau sharing atau punya ide (tulisan esai, artikel, hasil pemikiran) tinggal kontak saya aja ya kuy.. INDONESIA BUTUH ORANG YANG BISA BERKARYA DAN BERAKSI BUKAN ORANG PELAMUN

30 Agu 2016

ESAI : NASIONALISME

DIBALIK KETAJAMAN BAMBU RUNCING


Apakah kita masih ingat dengan cerita guru sekolah dasar kita yang pada saat itu mereka bercerita kepada kita bahwa para pejuang bangsa pada masa itu mengusir penjajah hanya dengan sebatang bambu yang ujungnya diruncingkan?. Mungkin pada saat itu kita hanya bisa mengiyakan saja tanpa bisa menganalisis peristiwa perjuangan para pahlawan bangsa kita. Coba kita pikir ulang dengan menggunakan logika kita, apakah mungkin para pahlawan bisa menang melawan penjajah yang sudah bermodalkan senjata canggih dengan hanya menggukan sebatang bambu runcing? Mungkin secara logika tidak mungkin. Lantas kekuatan apa yang ada dibelakang semua itu? Semua itu mungkin bisa kita jawab saat ini jika kita sudah mengetahui kata nasionalisme yang mengandung arti dalam  yang dapat membakar dan dapat mengubah bambu runcing itu menjadi sebuah senjata yang amat tajam yang bisa menembus kuatnya tank baja para penjajah sampai ke jantung-jantungnya.
Berkat tajamnya bambu runcing tersebut kini kita dijuluki si macan Asia. Namun julukan tak selamanya berbarengan dengan fakta. Julukan yang seharusnya menjadi sebuah nama yang amat ganas sekarang mulai tak mau lagi mengaung di negerinya sendiri.
Ketajaman bambu itu seakan-akan terbajak dan termanfaatkan oleh negeri orang. Sedangkan negeri asal dari bambu itu sendiri menderita tak punya senjata untuk melawan ganasnya era globalisasi. Lantas apa sebenarnya yang terjadi? Apakah salah kami yang hanya bisa beropini dan berorasi tanpa ada aksi? Atau salah mereka yang lebih senang mengaung di negeri orang tanpa memperdulikan negeri tempat mereka dilahirkan? Mungkin tidak bijak jika kita hanya bisa menuding salah satu pihak yang salah. Mari kita telaah lebih jauh permasalhan yang ada.
Fakta selama ini membeberkan bahwa ketika para penerus pahlawan bangsa kita berlomba-lomba untuk bisa berjuang di negeri orang dengan hanya bermodalkan otak sama halnya dengan pahlawan negeri kita dulu yang hanya bermodalkan bambu runcing dan semangat nasionalisme. Ya awalnya memang mereka perang untuk negeri kita ini dengan bermacam olimpiade internasional yang mereka ikuti, dan bisa mengibarkan sangsaka merah putih di negeri orang. Namun selang beberapa tahun ketajaman bambu itu seakan tak ada gunanya lagi untuk negeri dan menghilang begitu saja. Lantas kemana mereka sekarang?
Coba kita tengok kembali cerita pak habibi yang merupakan salah satu macan negeri kita. Ketika negara lain sangat menghormati dan membutuhkan jasanya, ironisnya di negara kita dia seakan-akan terbuang, tak dihormati dan tak bisa termanfaatkan ketajamannya untuk membangun negeri. Cerita pak habibi diatas hanya sebagian kisah yang terjadi di negeri ini. Mungkin karena semua itu macan yang seharusnya bisa mengaung untuk negerinya sendiri seakan-akan hilang begitu saja. Rasa nasionalisme yang ada dalam diri mereka seakan-akan punah dengan tak dihargai pengabdiannya untuk negeri.
Ketika putra bangsa ingin mengabdi, ironisya negeri kita ini lebih percaya dengan delegasi-delegasi dari negeri orang yang hanya bisa mengeruk kekayaan yang kita punya demi tercapainya kemajuan bangsanya sendiri. Putra bangsa seolah-olah tak dipercayai untuk membangun negerinya. Jadi tak sepatutnya jika kita menyalahkan macan kita itu pergi tak berbekas dari negeri kita ini. Rasa nasionalisme yang dulunya ditanamkan dalam diri mereka nampaknya akan hilang begitu saja dan pergi ke negeri orang demi mecari majikan yang lebih bisa menghargai mereka.

Hilangnya ngaungan dan ketajaman nasionalisme bukan merupakan kesalahan dia atau mereka. Tapi semua itu merupakan aib kita semua yang patut kita rubah demi terciptanya kemajuan negeri ini. Jika kita lihat dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) definisi dari naionalisme itu erat kaitannya dengan kebersamaan. Jadi mari kita berjuang bersama supaya ngaungan dan ketajaman jiwa nasionalisme ini terdengar lagi ke negeri sebrang yang membuat negeri ini bisa menerkam sampai ke negeri orang.

Saya sangat menunggu saran dan kritikan yang membangun dari kalian semua, please contact me in line or other (click for detail) for disscus with me. we can sharing other opinion. hatur thankyou :)

29 Agu 2016

REFORMASI PEMIKIRAN SANG PENGARANG

PUISI : Reformasi Ide Pemikiran Sang Pengarang

Ketika anda berada di zona abisal yang tak pernah tersentuh indahnya sinar matahari
Hidup ini terasa banyak yang perlu kita selali
Tapi ketika menilik keastas kearah stratosfer yang enggan lagi ditempati lapisan ozon
Inflasi yang tak bisa lagi diatasi oleh kebijakan ekspansif ataupun kontraktif
Dan pemuda masa kini yang hanya bisa bereksfektasi tanpa ada aksi
Sepertinya kita lebih baik diam berintegrasi dengan buasnya hewan penguasa zona abisal yang tak pandang bulu melahap mangsanya
Dan  sesekali berevolusi secara progresif untuk menerkam dunia yang amat kejam

Sekian puisi yang bisa saya tulis, eh tapi kayaknya sih itu bukan puisi kali ya.. saya lebih suka menyebutnya sebagai ide pemikiran dari saya sih, soalnya disebut puisi kagak menuruti peraturan puisi yang berlaku nih kayaknya. Tapi disebut bukan puisi sih ya gak gitu juga soalnya kata-katanya mirip puisi. Oalah jadi bingung saya.. yaudah deh terserah presepsi kalian masing-masing aja dah mau disebut apa juga yang penting saya sudah bisa menuangkan sedikit hasil pemikiran saya hehe...
BTW kalau kalian pengen tau ini karya yang meskipun sedikit saya buat ketika saya lagi galau-galaunya belajar sampe ralut malam karena pengen lulus test SBMPTN lho. Dan ketika itu kalau gak salah saya lagi belajar geografi dan pelajaran soshum yang lainnya, soalnya saya murtad jurusan (pindah jurusan) dari IPA ke IPC, makannya kata-kata diatas banyak mengandung unsur pelajaran soshumnya. Pada waktu itu keadaan senyi sekali bro, dan tiba-tiba saya kerasukan seorang pengarang puisi gitu haha.. dan akhirnya terciptalah kata-kata seperti diatas.
Hatur thankyou bro, sis, lur udah baca curhatan saya dan semoga bisa menginspirasi kalian :)
please contact me in line or others (click for detail) for sharing and disscus other opinion. we can study together

.

.
Diberdayakan oleh Blogger.