30 Agu 2016

ESAI : NASIONALISME

DIBALIK KETAJAMAN BAMBU RUNCING


Apakah kita masih ingat dengan cerita guru sekolah dasar kita yang pada saat itu mereka bercerita kepada kita bahwa para pejuang bangsa pada masa itu mengusir penjajah hanya dengan sebatang bambu yang ujungnya diruncingkan?. Mungkin pada saat itu kita hanya bisa mengiyakan saja tanpa bisa menganalisis peristiwa perjuangan para pahlawan bangsa kita. Coba kita pikir ulang dengan menggunakan logika kita, apakah mungkin para pahlawan bisa menang melawan penjajah yang sudah bermodalkan senjata canggih dengan hanya menggukan sebatang bambu runcing? Mungkin secara logika tidak mungkin. Lantas kekuatan apa yang ada dibelakang semua itu? Semua itu mungkin bisa kita jawab saat ini jika kita sudah mengetahui kata nasionalisme yang mengandung arti dalam  yang dapat membakar dan dapat mengubah bambu runcing itu menjadi sebuah senjata yang amat tajam yang bisa menembus kuatnya tank baja para penjajah sampai ke jantung-jantungnya.
Berkat tajamnya bambu runcing tersebut kini kita dijuluki si macan Asia. Namun julukan tak selamanya berbarengan dengan fakta. Julukan yang seharusnya menjadi sebuah nama yang amat ganas sekarang mulai tak mau lagi mengaung di negerinya sendiri.
Ketajaman bambu itu seakan-akan terbajak dan termanfaatkan oleh negeri orang. Sedangkan negeri asal dari bambu itu sendiri menderita tak punya senjata untuk melawan ganasnya era globalisasi. Lantas apa sebenarnya yang terjadi? Apakah salah kami yang hanya bisa beropini dan berorasi tanpa ada aksi? Atau salah mereka yang lebih senang mengaung di negeri orang tanpa memperdulikan negeri tempat mereka dilahirkan? Mungkin tidak bijak jika kita hanya bisa menuding salah satu pihak yang salah. Mari kita telaah lebih jauh permasalhan yang ada.
Fakta selama ini membeberkan bahwa ketika para penerus pahlawan bangsa kita berlomba-lomba untuk bisa berjuang di negeri orang dengan hanya bermodalkan otak sama halnya dengan pahlawan negeri kita dulu yang hanya bermodalkan bambu runcing dan semangat nasionalisme. Ya awalnya memang mereka perang untuk negeri kita ini dengan bermacam olimpiade internasional yang mereka ikuti, dan bisa mengibarkan sangsaka merah putih di negeri orang. Namun selang beberapa tahun ketajaman bambu itu seakan tak ada gunanya lagi untuk negeri dan menghilang begitu saja. Lantas kemana mereka sekarang?
Coba kita tengok kembali cerita pak habibi yang merupakan salah satu macan negeri kita. Ketika negara lain sangat menghormati dan membutuhkan jasanya, ironisnya di negara kita dia seakan-akan terbuang, tak dihormati dan tak bisa termanfaatkan ketajamannya untuk membangun negeri. Cerita pak habibi diatas hanya sebagian kisah yang terjadi di negeri ini. Mungkin karena semua itu macan yang seharusnya bisa mengaung untuk negerinya sendiri seakan-akan hilang begitu saja. Rasa nasionalisme yang ada dalam diri mereka seakan-akan punah dengan tak dihargai pengabdiannya untuk negeri.
Ketika putra bangsa ingin mengabdi, ironisya negeri kita ini lebih percaya dengan delegasi-delegasi dari negeri orang yang hanya bisa mengeruk kekayaan yang kita punya demi tercapainya kemajuan bangsanya sendiri. Putra bangsa seolah-olah tak dipercayai untuk membangun negerinya. Jadi tak sepatutnya jika kita menyalahkan macan kita itu pergi tak berbekas dari negeri kita ini. Rasa nasionalisme yang dulunya ditanamkan dalam diri mereka nampaknya akan hilang begitu saja dan pergi ke negeri orang demi mecari majikan yang lebih bisa menghargai mereka.

Hilangnya ngaungan dan ketajaman nasionalisme bukan merupakan kesalahan dia atau mereka. Tapi semua itu merupakan aib kita semua yang patut kita rubah demi terciptanya kemajuan negeri ini. Jika kita lihat dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) definisi dari naionalisme itu erat kaitannya dengan kebersamaan. Jadi mari kita berjuang bersama supaya ngaungan dan ketajaman jiwa nasionalisme ini terdengar lagi ke negeri sebrang yang membuat negeri ini bisa menerkam sampai ke negeri orang.

Saya sangat menunggu saran dan kritikan yang membangun dari kalian semua, please contact me in line or other (click for detail) for disscus with me. we can sharing other opinion. hatur thankyou :)

Related Articles

0 komentar:

Posting Komentar

.

.
Diberdayakan oleh Blogger.