Sepenggal Kisah Bersama Petugas K3L Unpad
LAPORAN: WAWANCARA PETUGAS K3L UNPAD
Universitas
Padjadjaran merupakan salah satu universitas favorit di Indonesia. Hal itu bisa
dibuktikan dengan data statistik yang menyebutkan bahwa Unpad merupakan
universitas yang paling banyak dipilih oleh para siswa ketika megikuti test
masuk perguruan tinggi, baik itu Seleksi Masuk Nasional Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN), atau Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Semua itu
bisa terjadi karena Unpad memiliki daya tarik sendiri yang membuat siswa ingin melanjutkan
kuliahnya di Unpad. Selain itu, dengan kualitas yang dimilikinya Unpad juga
masuk kedalam 10 besar peringkat universitas terbaik di Indonesia.
Saya
fikir tidak terlalu mengherankan jika Unpad merupakan universitas favorit dan
menjadi salah satu universitas terbaik di Indonesia. Alasannya yaitu karena
ketika dari mulai saya masuk ke Unpad sampai sekarang, saya merasa nyaman dan
betah menjadi salah satu bagian dari Unpad. Kenyamanan itu bisa tercipta karena
seperti yang sudah dijelaskan dimuka yaitu kualitas yang baik dari Unpadnya.
Bukan hanya sekedar kualitas dari proses belajar-mengajar, dosen yang
profesional dan sarana yang baik tetapi juga Unpad ini memiliki kualitas
lingkungan yang baik karena slalu dijaga dan dirawat dengan baik.
Saya
merasa tersanjung dan senang ketika melihat keadaan lingkungan Unpad
keseluruhan yang terlihat selalu bersih dan terjaga meskipun baru-baru ini
keadaan internal Unpadnya sendiri sedang bergejolak. Selain itu juga faktanya lingkungan
Unpad ini sangat luas dan juga banyak pohon-pohon besar yang membuat tidak
mudah untuk bisa selalu membuat Unpad ini tetap bersih dari sampah. Terlebih
lagi pola kehidupan sebagian oknum mahasiswa yang tidak memperdulikan nilai
estetika keindahan lingkungan, salah satunya membuang sampah sembarangan. Namun
dengan keprofesionalan karyawan Unpad, keindahan, kenyamanan dan keamanan
lingkungan Unpad pun bisa terjaga. Oleh karena itu saya sangat mengapresiasi
kinerja karyawan Unpad yang setiap hari menjaga dan merawat Unpad untuk tetap
indah dan nyaman.
Tokoh
pahlawan dibalik semua kenyamanan lingkungan Unpad ini tidak lain dan tidak
bukan adalah petugas Keindahan, Kenyaman, dan Kebersihan Ligkungan atau lebih
terkenal dengan sebutan petugas K3L. Sebuah profesi yang lebih banyak
diremehkan dan bahkan kurang terdengar suaranya dikalangan atas. Tidak terlihat
diremehkan bagaimana, gajihnya saja cuman 700 ribu. Coba bandingkan dengan
dosen yang menerima gajih lebih dari tiga juta perbulan, sangat jauh bukan
perbandingannya. Entah apa yang medasarkan mereka menerima gajih sangat kecil,
padahal faktanya kinerja mereka lebih berat atau paling tidak sama dengan
mereka kalangan atas yang mendapat gajih lebih besar dengan hanya sekedar duduk
dan bicara. Padahal tanpa adanya K3L ini menurut saya proses pendidikan di
Unpad akan terganggu atau bahkn tidak bisa berjalan dengan baik, sebab sebuah
proses pendidikan yang baik itu bisa tercipta jika kenyamanan dan keamanan
lingkungann Unpadnya itu sendiri bisa terpenuhi. Bukan bermaksud mengkritiki
atau tidak membela kaum atas, namun setidaknya saya harapkan pahlawan
lingkungan Unpad ini bisa lebih dihargai jasanya oleh kita.
Pada
hari kamis tanggal 27 April 2017, saya mendapatkan kesempatan melakukan
wawancara kepada salah satu petugas K3L Unpad. Kegiatan wawancara itu dilakukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah praktikum pekerjaan sosial. Namun
disamping itu saya rasa tujuan laten dari wawancara ini adalah supaya saya
lebih tahu banyak tentang kehidupan mereka dan juga sebagai sarana memperdekat
diri dengan pahlawan lingkungan kita ini. Saya sangat bahagia bisa melakukan
kegiatan ini, sebab dengan melakukan kegiatan wawancara ini rasa penasaran yang
ada pada dibenak saya akan bisa terjawab perihal kehidupan pahlawan
terpinggirkan yang selama ini menjaga dan merawat lingkungan Unpad.
Pada
saat itu saya memilih untuk mewawancarai petugas K3L yang berada di sekitaran
Masjid Raya Unpad (MRU). Hal tersebut saya pilih dikarenakan saya ingin
mewawancarai seorang petugas K3L yang sedang istirahat, kebutulan setelah mengelilingi lingkungan
Unpad saya menemukannya di sekitaran MRU, tepatnya di halaman depan Masjid.
Ketika
awal datang untuk menghampiri narasumber yang merupakan seorang ibu-ibu salah
satu petugas K3L, saya melihat ibu tersebut sedang beristirahat duduk di
halaman depan Masjid. Saya langsung menghampirinya dan juga saya fikir proses
wawancara bisa dilakukan, sebab tidak akan mengganggu aktivitas kerjanya. Ketika
saya menghampirinya, ibu tersebut sangat ramah dan tersenyum seketika padahal
saya belum menyapanya. Hal tersebut mempermudah proses wawancara yang akan saya
lakukan, sebab dengan sebuah senyuman yang ramah tersebut, saya dapat artikan
bahwa ibu yang akan saya wawancarai ini bisa menerima saya dengan baik. Pada
saat itu saya tidak langsung begitu saya mewawancarainya, namun saya melakukan
sebuah sapaan dan menanyakan apakah ibu tersebut bersedia diganggu waktu
istirahatnya untuk sebuah kegiatan wawancara. Dan alhamdulillah beliau menjawab
dengan ramah dan sangat welcome, “Ya
mangga-mangga dek silahkan, tidak apa-apa kok” jawab ibu tersebut. Pada saat
itu saya memutuskan untuk melakukan sebuah wawancara menggunakan bahasa daerah
setempat, tepatnya Bahasa Sunda. Hal tersebut saya fikir akan mempermudah dan
memperlancar proses kegiatan wawancara.
Seperti
kegiatan wawancara pada lazimnya, hal pertama yang saya lakukan adalah sebuah
perkenalan dan juga menjelaskan mengenai tujuan melakukan wawancara ini. Momen
itupun saya manfaatkan untuk menggali informasi mengenai identitas narasumber. Nama
dari narasumber yaitu Rina. Saya lupa menanyakan nama lengkap dari narasumber
karena proses wawancara yang saya lakukan ini lebih bersifat non formal atau
seperti layaknya ngobrol pada biasanya. Saya melakukannya bertujuan supaya
kegiatan wawancara ini bisa berjalan dengan santai dan juga bisa membuat
narasumber lebih rileks dan tidak canggung ketika berjalannya proses kegiatan
wawancara ini. Ibu Rina ini berusia 32 tahun. Sejujurnya saya merasa canggung
ketika menanyakan umur dari narasumber karena ditakutkan saya tidak sopan, tetapi
pada saat itu saya tetap menanyakan hal tersebut dengan pertanyaan “Punten bu,
manawi nyuswa ibu sabaraha tahunnya?”. Saya mengawali pertanyaan dengan sebuah
kata “punten” (maaf, dalam bahasa Sunda), hal ini saya laukan supaya lebih
sopan dan tidak menyinggung narasumber. Beliau tinggal di Cileles, Jatinangor,
Sumedang, Jawa Barat. Ibu Rina ini sebenarnya bukan orang asli Jatinangor, dia aslinya
berasal dari Cianjur, Jawa Barat. Dia pindah ke Jatinangor setelah menikah.
Kemudian juga Ibu Rina ini pindah ke Jatinangor dikarenakan alasan ekonomi dan
bermaksud untuk memperbaiki keadaan ekonominya. Raut muka yang saya lihat dari
Ibu Rina ketika menjelaskan alasan dia pindah ke Jatinangor menampilkan raut
muka yang sedih, seakan-akan dia sedih dengan keadaan kehidupannya pada masa
lalu. Saya pun pada saat itu tidak terlalu memperdalam menggali informasi
mengenai kehidupannya pada masa lalu dikarena ditakutkan kegiatan wawancara ini
membuat perasaan dari Ibu Rina tidak enak. Pada akhirnya saya mengalihkan
obrolan ini dengan menyakan sebuah pertanyaan baru untuk memulai obrolan baru.
Ibu Rina ini hanya sempat mengenyam bangkuk pendidikan sampai tingkat Sekolah
Menenagah Pertama (SMP). Mungkin jika dibandingkan dengan jaman sekarang
tingkat pendidikan yang dipunyai oleh Ibu Rina ini tergolong sangat rendah.
Namun pada jaman dulu tingkat pendidikan
SMP ini tergolong lumayan tinggi, dan masih jarang orang-orang bisa melanjutkan
sekolah sampai tingkat perguruan tinggi. Hanya orang-orang tertentu dan dari
keluarga tertentu yang bisa melanjutkan sekolah sampai tingkat perguruan
tinggi. Mungkin tingkatan SMP pada jaman dulu ini jika dibandingkan dengan jaman
sekarang sebanding dengan tingkat SMA. Kemudian juga ketika diajukan pertanyaan
mengenai pendidikan terakhir, Ibu Rina menjawab dengan raut muka yang malu-malu
sambil dibarengi dengan sebuah senyuman, hal ini seperti menandakan bahwa
narasumber merasa malu bahwa pendidikannya hanya sampai SMP, “Ah dek, Ibu mah
cuman sampai SMP” Jawab dia dengan sebuah senyuman. Hal itu karena mungkin pada
itu dia sedang diwawancarai oleh seorang mahasiswa yang tingkatan pendidikannya
lebih tinggi dibandingkan dengan dia. Namun semua itu hanya dugaan saya saja,
dan belum tentu kebenarannya.
Setelah
ngobrol sambil menggali informasi mengenai identitas narasumber pada khususnya,
saya pun pada saat itu melanjutkan proses wawancara mulai menyentuh mengenai
informasi umum yang masih berhubungan dengan dirinya. Hal pertama yang saya
tanyakan adalah mengenai informasi keluarganya. Ibu Rina seperti yang sudah
dijelaskan pada paragraf sebelumnya pada saat ini memiliki status perkawinan
dengan seorang laki-laki karyawan swasta. Sebenarnya hal ini tidak saya
tanyakan secara langsung, sebab yang saya takutkan seperti halnya menanyakan
sebuah usia tadi, saya disangka tidak sopan. Informasi dari status perkawinan
dari Ibu Rina ini saya dapat secara tersirat dan muncul begitu saja seiring
berjalannya obrolan.
Ibu
Rina memiliki dua orang anak. Anak pertamanya sekarang mengenyam pendidikan tingkat
Sekolah Menengah Pertama (SMP) disalahsatu
SMP di Jatinangor. “Ingsya Alloh tahun sekarang mau nerusin ke tingkat
SMA, pengennya sih ke SMK Pasundan yang di daerah sayang itu loh dek” ungkap
Ibu Rina ketika menjelaskan perihal keadaan keluarga dan anaknya. Sedangkan
anak kedua dari Ibu Rina ini masih mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD).
Kemudian juga ketika berjalannya percakapan perihal keluarga dan anaknya, Ibu
Rina ini juga secara spontan begitu saja mengungkapkan bahwa dia sedang
mengandung anak ketiganya. Dia mengungkapnya dengan penuh harapan, semangat dan
ceria seperti menjelaskan bahwa dia ini senang dengan kehamilannya ini dan
seakan-akan ingin menginformasikannya kepada semua orang saking bahagianya.
Pada momen percakapan perihal anak dan keluarganya, ekspresi Ibu Rina lebih
banyak senyumnya dibandingkan dengan raut muka cemberutnya. Hal ini seperti
menandakan bahwa dia merasa bahagia dengan keadaan keluarga sederhanya,
meskipun dengan status ekonomi yang terbilang pas-pasan.
Raut
muka cemberut Ibu Rina perlihatkan pada saat momen dimana dia menjelaskan
mengenai status perkonomian keluarganya. Dia menjelaskan bahwa dia berasal dari
keluarga kelas bawah. Dan kini pun keadaan perekomian keluarganya terbilang
pas-pasan alias hanya bisa memenuhi kebutuhan pokok, belum bisa sampai membeli
barang-barang yang terbilang barang sekunder. Dengan penghasilan dia sebesar 700
ribu perbulan ditambah dengan penghasilan suaminya yang terbilang kecil (tidak
pasti nominal besarannya) jika dihitung secara matematis mungkin tidak akan
cukup dengan kebutuhan keluarga dan anak-anaknya yang kian hari kian banyak
seiring bertambahnya kebutuhan anak-anaknya. Apalagi seperti yang sudah saya
jelaskan sebelumnya bahwa anak pertamanya kini akan melakukan studi lanjutan ke
tingkat SMA/SMK. Meskipun seperti itu, dia tetap bersyukur dengan semua ini dan
menyerahkan semuanya kepada sang Pencipta. “Ah atuh dek, kalau ditanya cukup
atau enggak cukup mah ya dicukup-cukupin aja” jawab Ibu Rina sambil tersenyum
seperti menunjukan rasa syukur kepada Sang Pemberi Rizki ketika ditanya
mengenai apakah penghasilannya mencukupi kebutuhan keluarganya.
Saya
rasa sudah cukup informasi dari narasumber perihal identitas dirinya dan
keluarganya. Selanjutnya menginjak kebagian luar, yaitu mengenai pekerjaan K3L
nya. Ibu Rina sudah bekerja menjadi K3L di Unpad kurang lebih selama enam
tahun. Cerita mengenai awal mula dia bisa bekerja menjadi K3L di Unpad ini
bermula dari sebuah penerimaan lowongan
pekerjaan yang coba diikuti oleh Ibu Rina. Pada saat itu untuk bisa bekerja
menjadi petugas K3L ini sistematisnya berbeda dengan sekarang. Dulu
pendaftarannya ini dibuka oleh perantara, tidak secara langsung oleh pihak Unpad
seperti sekarang. Pada saat itu pun Ibu Rina ini langsung mengikuti pendaftaran
lowongan pekerjaan ini dengan penuh semangat karena begitu memerlukan sebuah
pekerjaan untuk menambah penghasilan keluarganya. Dia tidak tahu akan
ditempatkan dimana sebagai petugas K3L, karena seperti yang sudah saya jelaskan
tadi bahwa lowongan pekerjaan ini ditawarkan oleh perantara tidak melalui Unpad
secara langsung. “Pada awalnya Ibu bekerja diluar lingkungan Unpad tetapi masih
dekat dengan Unpad” ungkapnya, tetapi setelah beberapa lama kemudian
dikarenakan Unpad sedang memerlukan tamabahan petugas K3L, akhirnya dia dipindahkan
sebagai petugas K3L Unpad hingga sekarang ini.
Lingkungan
Unpad terbagi kedalam 10 zona. Pembagian zona itupun berlaku kedalam pemabagian
tugas K3L dalam merawat dan menjaga lingkungan Unpad itu sendiri. Setiap zona
ini memiliki mandornya masing-masing sebagai pengawas pekerja K3L.
Alhamdulillah ungkapnya bahwa mandor yang mengawasinya itu baik, sehingga dia
sangat nyaman bekerja di zona ini. Ibu Rina ditempatkan di zona sekitaran
Masjid Raya Unpad, kantor sekertaris Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) timur dan
juga Fakultas Kedokteran. Meskipun pada zona ini sangatlah luas, namun dia
tidak bekerja sendirian. Dalam zona ini pun dibagi-bagi lagi kedalam beberapa
sektor daerah. Ibu Rina mendapatkan tugas di sektor halaman depan Masjid Raya
Unpad. Di sektor ini dia bekerja berdua bersama temannya.
Ibu
Rina bekerja sebagai petugas K3L selama empat jam dalam sehari, dan lima hari
dalam satu minggu. Dimulai dari jam tujuh pagi sampai dengan kira-kira jam
sebelasan. Mereka bekerja dari hari Senin – Jum’at, hari sabtu dan minggu
libur. Selain hari sabtu dan minggu yang libur, hari-hari libur nasional pun
mereka ikut libur. Namun jika pada saat mahasiswa libur semester, mereka tidak
libur dan tetap bekerja. Dapat disimpulkan bahwa mereka bekerja mengikuti sistem
PNS. Kemudian juga sebelum Ibu Rina dan juga petugas K3L yang lainnya bekerja,
mereka harus mengisi absensi terlebih dahulu di kantor pusat UPT Unpad yang
bertempat di Pedca timur Unpad, tepatnya depan Fakultas Ilmu Budaya dan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kemudian juga absensi ini harus diisi
bukan hanya pada saat awal bekerja, tetapi juga pada saat akhir bekerja.
Penjelasan singkat mengenai sistematis alur pekerjaan petugas K3L ini akhrinya
bisa menjawab salah satu pertanyaan yang ada pada benak saya dari semenjak awal
mula masuk Unpad ini perihal kenapa setiap pagi dan siang slalu banyak orang
khusunya yang memakai baju K3L berada di depan parkiran FISIP.
Dari
penuturan Ibu Rina, penghasilan dari petugas K3L Unpad pada saat ini sebesar
700 ribu perbulan. Menurut Ibu Rina gajih sebesar itu terbilang kecil, apalagi
dibandingkan dengan petugas office boy (OB)
yang memiliki penghasilan kurang lebih dua juta rupiah. Ibu Rina memaparkan
bahwa hal ini menyebabkan kecemburuan tersendiri, karena menurut Ibu Rina
sebagai perwakilan petugas K3L merasa bahwa pekerjaan mereka tidak jauh berbeda
dengan petugas OB. “Mungkin karena OB mah pendidikannya agak tinggian kali ya
dek, jadi gajihnya juga lebih gede” ungkap beliau dengan ekspresi muka agak
sedikit kesal. Selain itu juga hal ini menurut Ibu Rina bukanlah hanya
merupakan pendapat pribadinya saja, tetapi hal yang sama juga dirasakan oleh petugas K3L
yang lainnya. Mereka merasa tidak dihargai dan merasa disepelekan pekerjaannya.
“Tapi ya gimana lagi atuh dek namanya juga butuh, jadi ya dijalanin aja
meskipun kecil juga gajihnya” tutur Ibu
Rina melanjutkan penjelasannya perihal gajihnya sebagai petugas K3L di Unpad. Selain
itu juga gajihnya ini pun harus dipotong sebesar 10 ribu rupiah setiap bulannya
untuk iuran jaminan kesehatan. Iuran jaminan yang dipakai jika petugas K3L ini
mengalami sakit. Ditambah lagi pada tahun kemarin alih-alih mengatasnamakan
Tunjangan Hari Raya (THR), ternyata THR yang diberikan itu hanya omong kosong
belaka. Bagaimana tidak disebut omong kosong, ternyata gajih dari petugas K3L
ini harus dipotong sebesar 50 ribu untuk uang tabungan yang diberikan ketika
hari raya. “Gak tau gimana pemikiran itu pemikiran rektor Unpad, masa uang THR
dipotong dari gajih sendiri, asa araraneh wae nya” saut salah satu petugas K3L lain yang
mendengar percakapan kami. Kemudiaan juga dikarenakan keadaan Ibu Rina ini
sedang hamil, saya pun menanyakan perihal tunjangan ibu hamil. Beliau menjawab
bahwa tidak ada tu yang namanya tunjangan ibu hamil seperti pegawai karyawan
pada lazimnya. Gajih mereka akan dipotong jika tidak masuk kerja, kecuali jika
ada keterangan sakit dari dokter. Jika mereka membolos tanpa keterangan secara
terus menerus dalam jangka waktu lama, secara otomatis mereka dianggap
mengundurkan diri. Ekspresi narasumber pada saat momentum percakapan mengenai
hal ini memperlihatkan raut muka yang kesal, nada suara meninggi dan halis
matanya meninggi. Semakin jelaslah bahwa Ibu Rina ini merasa tidak nyaman dan
tidak puas dengan sistem gajih yang diberlakukan oleh Unpad ini.
Meneruskan
obrolan perihal sistem penggajihan petugas K3L ini, tiba-tiba secara spontan
Ibu Rina ini seperti terpancing untuk membanding-bandingkan kinerja pimpinan
Unpad (rektor) sekarang dengan yang sebelumnya. Menurut Ibu Rina bahwa dia
merasa lebih nyaman dipimpin oleh rektor sebelumnya yaitu Pak Ganjar. Petugas
K3L pada masa pimpinan Pak Ganjar ungkapnya serasa di anak emaskan. Petugas K3L
seperti dihargai, yang ditandai dengan setiap hari perayaan di Unpad petugas
K3L slalu dilibatkan dan mendapat doorprize
yang sangat bagus. “Beda sekali dengan rektor sekarang” terusnya. Sekarang
petugas K3L jarang dilibatkan kedalam perayaan-perayaan yang ada di Unpad.
Kemudian juga menurutnya kebijakan mengenai sistem gajihnya pada aneh-aneh.
Yang lebih parahnya lagi menurut penuturan Ibu Rina bahwasanya berhembus isu
petugas K3L yang berdomisili sekitaran Unpad dan memiliki pendidikan yang
rendah akan dikeluarkan. Sangat disayangkan jika semua itu sampai terjadi.
Namun pada saat itu saya mencoba untuk menempatkan diri dan sadar bahwa saya
pada saat wawancara itu harus memilki peran sebagai mahasiswa calon pekerja
sosial yang harus netral terhadap pandangan politik atau juga tidak boleh
menjelekan/melemahkan salah satu pihak/institusi lain. Sehingga pada waktu itu
saya memutuskan untuk meredakan suasana obrolan yang mulai panas dan kental
dengan perpolitikan dengan sebuah penjelasan singkat mengenai status Unpad yang
kini telah berstatus Perguruan Tinggi Negeri Berstatus Hukum. Saya juga
memberikan arahan untuk harap maklum dengan keadaan keuagan Unpad saat ini yang
dipertanyakan oleh beberapa pihak. Saya juga mengungkapkan bahwa bukan hanya
beliau dan karyawan Unpad saja yang merasakan dampaknya, tetapi juga kami
sebagai mahasiswa sekarang ini pun sangat susah medapatkan dana dari Unpad untuk
melakukan kegiatan-kegiatan.
Untuk
menetralisasi keadaan, saya membalikan kembali percakapan kami ke perihal
pekerjaan K3L yang ada di Unpad ini. Pada saat itu saya mengajukan pertanyaan
“Untuk perihal petugas K3L yang ada di Unpad, berapa banyak ya bu kalau boleh
saya tahu?”. Alhamdulillah dengan sebuah pertanyaan baru itu bisa mengalihkan
perbincangan kami yang agak sedikit keluar jalur. Dia mengungkapkan bahwa
petugas K3L yang bekerja di Unpad ini kira-kira sebanyak 400 orang. Tetapi pada
bulan-bulan kemarin mengalami pengurangan anggota sebanyak kira-kira 80 orang.
Mereka keluar karena merasa penghasilannya kecil dan tidak bisa mencukupi
kebutuhan keluarganya. Petugas yang banyak keluar kebanyakan seorang laki-laki,
karena menurut Ibu Rina laki-laki mungkin bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih
besar gajihnya dibandingkan dengan menjadi petugas K3L ini.
Pada
saat bekerja sehari-hari menjadi petugas K3L ini ada beberapa fasilitas yang
diberikan. Salah satunya mereka mendapatkan sebuah pengki, sapu, karung, pacul
dan arit. Kesemua barang-barang tersebut hanya bisa digunakan ketika
membersihkan ligkungan Unpad saja, tidak bisa dibawa pulang. Kesemua fasilitas
itu harus dikembalikan lagi ke kantor penyimpanan. Sedangkan fasilitas atau
barang yang diberikan kepada petugas K3L secara mutlak hanyalah dua buah baju
seragam sebagai penanda petugas K3L. Itupun menurut Ibu Rina sudah lama tidak
diganti-ganti. Untuk persediaan makanan ketika bertugas pun mereka harus
membawa sendiri, pihak Unpad tidak menyediakan makanan ketika mereka bertugas.
Pengalaman
yang Ibu Rina rasakan pada saat bekerja sebagai petugas K3L sepertinya tidak
ada yang terlalu spesial, kebanyakan sama halnya dengan apa yang sudah
dijelaskan dimuka ungkapnya. Ibu Rina menjelaskan bahwa mereka senang ketika
dia bisa bekerja dengan teman-temannya, dan banyak teman ketika bekerja. Ketika
dia bekerja dia merasa tidak terlalu capek karena bisa mengobrol dengan teman
seprofesi dan seperjuangannya. Mengungkapkan semua kekesalan dan bisa menjadi
metode penghilang stres baik ketika keberja atau di rumah. Hal tersebut sangat
bagus sekali karena didalamnya ada sebuah proses didengar dan mendengarkan.
Orang yang didengarkan akan merasa senang dan lega, sedangkan orang yang
mendengarkan akan mendapatkan sebuah pengalaman yang berharga. Mereka saling
tukar pikiran dan cerita. Sebuah proses interaksi yang sederhana namun besar
dampaknya.
Sedangkan
unttuk pengalaman tidak menyenangkannya beliau merasa tidak terlalu banyak
merasakan pengalaman yang jelek. Ibu Rina ketika ditanya perihal ini lebih
banyak mengungkapkan mengenai kebijakan-kebijakan Unpad yang dirasa tidak
mengenakan baginya.
Pada
akhir percakapan atau proses kegiatan wawancara kami, beliau mengungkapkan
perihal harapan dia tentang pekerjaanya dan keluarganya. Dia berharap bahwa
pekerjaannya ini dapat lebih dihargai oleh orang lain, khsusunya oleh pihak
pimpinan Unpad dan juga oleh para mahasiswa. Dia berharap bahwa mahasiswa harus
bisa merawat lingkungan Unpad, jangan hanya mengandalkan petugas K3L saja.
Mungkin dengan hal sederhana itu bisa membuat mereka bahagia ungkapnya. Selain
itu juga dia mengungkapkan bahwa ia dan teman-teman petugas K3L yang lainnya
bisa mendapatkan gajih yang lebih daripada saat ini dan berharap mahasiswa bisa
membantu mereka mengungkapkan keinginan dan keluh kesah mereka kepada pihak
Unpadnya. Sedangkan untuk keluarganya dia berharap anak-anaknya bisa bersekolah
setinggi mungkin tingkatannya, jangan sampai kehidupan dan nasibnya seperti
mereka. Selain itu juga beliau mengingankan agar anaknya bisa berkuliah di
Unpad ini meskipun dirinya hanya seorang petugas K3L. Raut muka yang penuh
harapan Ibu Risna tampilkan pada saat momen ini. Serasa omongannya berasal dari
hati beliau dan menginginkan segala impian harapannya tercapai.
Akhir
pertemuan saya mengucapkan terima kasih, memohan maaf sudah mengganggu waktu
istirahtnya dan juga seperti salam penutup pada lazimnya. Saya pun
mengungkapkan semoga saya bisa menyampaikan aspirasi beliau kepada pihak Unpad
jika saya bisa dan mampu, namun hal ini bukanlah sebuah janji saya karena
ditakutkan saya tidak bisa menyampaikan aspirasinya. Di akhir momen ini Ibu
Risna seperti halnya pada saat awal pertemuan dia memberikan senyuman dan
seperti menjelaskan bahwa dia tidak merasa terganggu dengan kegiatan ini.
Sepertinya karena dia merasa didengar keluh kesahnya. Sebuah pertemuan yang
indah diawali dengan senyuman dan diakhiri dengan senyuman pula. Akhir kata
saya merasa senang melakukan kegiatan ini, banyak pengalaman dan cerita yang
bisa saya dapatkan.
Best Casino Nearby in Las Vegas - MapyRO
BalasHapusWhere 화성 출장안마 can 광양 출장마사지 I 상주 출장안마 get a 태백 출장샵 great casino near me? Casino is open and accepting American players. It can be found on 창원 출장마사지 the map of the Hotel Casino of Las Vegas.